Rasulullah mengangkat ‘Attab bin Usaid sebagai amir di Makkah. Dan dia memimpin haji kaum muslimin pada tahun delapan Hijriyah.

Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah keluar dari Ji'ranah menuju ke Makkah untuk mengerjakan umrah dan memerintahkan penyimpanan sisa-sisa Fay’i di Majannah, salah satu daerah di Marr Adh-Dhahran. Usai berumrah, Rasulullah pulang ke Madinah, menunjuk Attab bin Usaid sebagai wakil beliau di Makkah, dan meninggalkan Muadz bin Jabal di Makkah untuk mengajarkan masalah-masalah agama dan Al-Qur’an ke-pada kaum muslimin di Makkah. Rasulullah pulang ke Madinah dengan membawa sisa-sisa Fay’i.*

“Umrah Rasulullah di atas terjadi pada bulan Dzulqa’dah. Rasu-lullah tiba di Madinah di akhir bulan Dzulqa’dah atau permulaan bulan Dzulhijjah.”

Ibnu Ishaq berkata, “Pada tahun tersebut, orang-orang melaksanakan ibadah haji seperti biasa dilakukan orang-orang Arab. Pada tahun itu juga Attab bin Usaid melaksanakan haji bersama kaum muslimin pada tahun kedelapan Hijriyah. Pada tahun itu juga, orang-orang Thaif masih berta-han pada kesyirikan mereka antara bulan Dzulqa’dah –karena Rasulullah pulang ke Madinah– hingga bulan Ramadhan tahun kesembilan Hijriyah.”

Perihal Ka’ab bin Zuhair Setelah Kepulangan Rasulullah SAW Dari Thaif

“Ketika Rasulullah tiba di Madinah dari Thaif, Bujair bin Zuhair bin Abu Sulma menulis surat kepada saudaranya, Ka’ab bin Zuhair. Bujair bin Zuhair menjelaskan kepada Ka’ab bin Zuhair bahwa Rasulullah telah membunuh sejumlah orang di Makkah yang tadinya mengecam dan mengganggu beliau. Para penyair Quraisy yang masih tersisa ialah Ibnu Az-Zaba’ra dan Hubairah bin Abu Wahb, namun keduanya lari tak jelas tujuannya. kata Bujair bin Zuhair kepada Ka’ab bin Zuhair dalam suratnya, ‘Jika engkau mempunyai keperluan kepada Rasulullah, pergilah kepada beliau, karena beliau tidak membunuh siapa pun yang datang kepada beliau dalam keadaan bertaubat. Jika engkau tidak mau, selamatkan dirimu ke tempat di dunia ini yang bisa menyelamatkanmu’. Ka’ab bin Zuhair berkata,
‘Ketahuilah, adakah orang yang bisa mengantarkan suratku kepada Bujair?
Bagaimana tanggapanmu terhadap perkataanku kepadamu, celaka engkau
Jelaskan kepadaku, jika engkau tidak berbuat
Ia menjelaskan apa lagi kepadamu?
Apakah ia menjelaskan tentang akhlak yang tidak aku jumpai pada ayahnya pada suatu hari?
Dan engkau temukan akhlak tersebut pada ayahmu?
Jika engkau tidak berbuat, aku tidak minta maaf dan tidak mengatakan apa-apa
Tapi jika engkau jatuh, engkau harus berdiri
Engkau diberi minum air segar oleh orang terpercaya
Engkau diberi minum pertama kali oleh orang terpercaya tersebut
Kemudian diberi minum lagi’.”

Ka’ab bin Zuhair mengirim surat tersebut kepada Bujair bin Zuhair. Ketika surat tersebut diterima Bujair bin Zuhair, ia tidak dapat menyembunyikannya dari Rasulullah, oleh karena itu, ia membacakannya di hadapan beliau. Ketika Rasulullah mendengar bait syair Ka’ab bin Zuhair yang berbunyi, ‘Engkau diberi minum air segar oleh orang terpercaya,’ beliau bersabda, ‘Ia berkata benar bahwa ia memang pendusta dan aku orang yang terpercaya.’ Ketika Rasulullah mendengar bait syair Ka’ab bin Zuhair yang berbunyi, ‘Apakah terhadap akhlak yang tidak aku temu-kan pada ibu dan ayahnya?’ Beliau bersabda, ‘Betul, ia tidak menemukan akhlak tersebut pada ibu dan ayahnya.’

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika surat Bujair bin Zuhair diterima Ka’ab bin Zuhair, bumi menjadi sempit bagi Ka’ab bin Zuhair. Ia pun mengkhawatirkan keselamatan dirinya dan musuh-musuhnya menyebarkan kejadian tersebut dengan berkata, ‘Ka’ab telah terbunuh, ‘Ketika Ka’ab bin Zuhair tidak mendapatkan sesuatu yang bisa menyelamatkan dirinya, ia mengatakan syair berisi pujian untuk Rasulullah, ketakutannya, dan pembeberan musuh-musuhnya tentang dirinya. Kemudian ia keluar dari daerahnya dengan tujuan Makkah. Dalam perjalanannya, ia singgah di rumah salah seorang Juhainah yang telah ia kenal sebelumya –seperti dikatakan kepadaku–. Ka’ab bin Zuhair berjalan terus hingga tiba di Madinah. Pada suatu pagi, ia bersama temannya dari Juhainah tersebut pergi ke tempat Rasulullah yang ketika itu sedang mengerjakan shalat Shubuh. Temannya pun ikut shalat bersama Rasulullah, kemudian memberi isyarat kearah Rasulullah, ‘Inilah Rasulullah. Mendekatlah dan mintalah jaminan keamanan kepada beliau.’ Disebutkan kepadaku bahwa Ka’ab bin Zuhair mendekat kepada Rasulullah hingga duduk di depan beliau dan meletakkan tangannya di tangan beliau yang ketika itu tidak kenal dengannya. Ka’ab bin Zuhair berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ka’ab bin Zuhair datang kepadamu dalam keadaan bertaubat dan muslim untuk meminta jaminan keamanan. Apakah engkau menerimanya jika aku membawanya kepadamu?’ Rasulullah bersabda, ‘Ya, aku menerimanya.’ Ka’ab bin Zuhair berkata, ‘Wahai Rasulullah, akulah Ka’ab bin Zuhair.’”

Ibnu Hisyam berkata, Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa salah seorang dari kaum Anshar melompat ke arah Ka’ab bin Zuhair dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, izinkan aku membunuh musuh Allah ini.’ Rasulullah bersabda, ‘Biarkan dia, karena dia datang dalam keadaan bertaubat dan berhenti dari masa lalunya.’ Karena ulah orang dari kaum Anshar tersebut, Ka’ab bin Zuhair marah kepada kaum Anshar. Di sisi lain, seluruh kaum Muhajirin berkomentar baik tentang dirinya. Oleh karena itu, ia melantunkan syairnya yang pernah ia katakan ketika tiba di tempat Rasulullah SAW,
‘Su’ad (nama teman wanitanya) telah menjauh dan pada hari ini hatiku berduka
Menelusuri jejak-jejaknya dan orang yang terikat (tawanan) itu belum ditebus
Tidaklah Su’ad pada hari perpisahan ketika mereka berangkat
Melainkan suara mendengung, orang pemalu, dan wanita pengguna celak di matanya
Ia ramping, maju, cerdik, mundur, dan tingginya sedang
Ia perlihatkan gigi-giginya di kegelapan malam jika ia tersenyum
Senyumnya bak tempat minum khamr yang rusak
Tempat minum tersebut pecah oleh air dingin di tikungan lembah
Air tersebut jernih di aliran air dan ditiup angin utara pada waktu Dhuha
Angin menghilangkan kotoran dari air tersebut
Duhai sahabat wanitaku, seandainya saja ia benar dalam janjinya
Ah, seandainya nasihat diterima
Namun ia sahabat wanita yang darahnya telah bercampur dengan luka
Cinta yang tersembunyi, pelanggaran janji, dan perubahan
Maka ia tidak berlama-lama dalam kondisi yang terjadi padanya
Sebagaimana penyihir wanita mewarnai pakaiannya
Ia tidak memegang janji yang pernah ia buat
Melainkan seperti saringan yang menahan air
Jadi, engkau jangan tertipu oleh harapan dan janjinya
Karena harapan-harapan dan mimpi-mimpi itu menyesatkan
janji-janji Urqub (nama orang) adalah perumpamaan janji-janjinya
Semua janji-janjinya tidak lain adalah kebatilan
Aku berharap dan ingin cintanya mendekat
Aku tidak pernah membayangkan mempunyai ratap tangis terhadapmu
Pada sore hari, Su’ad berada di negeri
Yang tidak bisa dijangkau kecuali oleh kuda pilihan yang kencang larinya
Ia tidak mungkin dijangkau kecuali oleh unta besar
Yang keringatnya bercucuran dari mulai belakang telinganya
Yang keinginannya ialah menginjak rambu-rambu yang tidak jelas
Ia melempar penunjuk jalan dengan dua mata sapi liar yang berwarna putih
Jika tanah berbatu dan penunjuk terbakar
Unta tersebut besar lehernya dan kakinya juga besar
Ia unta betina terbaik dari unta sejenisnya
Bagian atas pipinya padat dan keras, serta kuat seperti unta jantan
Bagian sampingnya luas dan langkahnya panjang
Kulitnya keras seperti kulit jerapah yang kebal karena kerasnya
Serangga kurus tidak dapat menghisap darahnya karena kekerasan kulitnya
Saudara dan ayahnya mulia
Paman dari jalur ayah-ibunya panjang leher dan punggungnya, serta kencang larinya
Serangga berjalan di atasnya kemudian serangga tersebut jatuh darinya
Dada dan pinggulnya bagus
Ia laksana keledai liar yang badannya padat dari semua sisinya
Sikunya jauh dari dadanya dan tulang persendiannya kuat
Kedua mata dan tempat penyembelihannya maju
Dari hidung dan bagian atas bibirnya serta kepalanya besar
Ekornya seperti pelepah kurma dan bulunya lebat
Ia mengibaskan ekornya ke susunya dan susunya tidak berkurang
Bagian atas hidungnya dan kedua telinga tinggi bagi orang ahli tentang dirinya
Ia mulia, terlihat jelas, dan lembut
Ia berjalan cepat dengan kaki ringan dan mendahului unta-unta lain
Dan dengan kaki yang keras dan kakinya hanya menyentuh tanah
Sepertinya kedua lengannya bergerak jika ia berkeringat
Sungguh fatamorgana telah mengelilingi bukit kecil
Orang-orang rusak di sekitarnya berkata
Hai anak Abu Sulma, engkau akan dibunuh
Semua teman yang aku harapkan bantuannya berkata
Aku tidak akan melalaikan karena aku sibuk denganmu
Aku katakan, biarkan aku, semoga engkau tidak mempunyai ayah
Semua yang ditakdirkan Allah pasti terjadi
Seluruh manusia kendati umurnya panjang
Namun pada suatu hari, mereka menjadi mayit yang dipanggul
Aku diberitahu bahwa Rasulullah berjanji kepadaku
Maaf Rasulullah itu bisa diharapkan
Tunggu sebentar, semoga engkau diberi petunjuk oleh Dzat yang memberimu Al-Qur’an
Yang di dalamnya terdapat pelajaran-pelajaran dan rincian segala hal
Jangan bawa aku kepada ucapan-ucapan orang yang bermaksud merusak
Aku tidak berdosa kendati banyak komentar tentang diriku
Karena bisa jadi aku berdiri di satu tempat yang jika aku telah berdiri di atasnya
Maka orang akan melihat dan mendengar apa yang tidak didengar gajah
Ia pasti tidak henti-hentinya gemetar
Kecuali jika ia mendapatkan pemberian dari Rasul atas izin Allah
Aku senantiasa menelusuri padang sahara
Di persenjatakan kegelapan malam dan berpakaian malam
Hingga aku meletakkan tangan kananku yang tidak aku sanggah
Di telapak tangan orang mulia dan ucapannya tidak boleh dibantah
Aku takut bicara dengannya
Dikatakan kepadaku, segala perbuatan diserahkan kepadamu dan engkau akan dimintai pertanggunganjawab
Itu lebih aku takutkan daripada takut kepada singa di hutan
Di tempat yang banyak singanya dimana setiap hutan lebih menakutkan daripada hutan lainnya
Singa tersebut keluar pagi-pagi kemudian membawa makanan untuk kedua anaknya
Hari-harinya ialah daging manusia yang terbuang di tanah dalam keadaan terkoyak-koyak
Jika singa tersebut berduel dengan singa yang sepadan dengannya
maka singa tersebut tidak membiarkan lawannya kecuali melarikan diri
Karena singa tersebut, seluruh binatang buas Al-Jawwu lari
Dan rombongan orang laki-laki tidak berani melintasi lembahnya
Di lembah tersebut, singa tersebut adalah saudara terpercaya
Senjatanya berwarna darah dan pakaian terkoyak-koyak
Sesungguhnya Rasul adalah sinar yang menyinari
Yang bersenjatakan pedang-pedang Allah yang dikeluarkan dari sarungnya
Dikumpulkan orang-orang Quraisy yang salah seorang dari mereka berkata
Di kabilah Makkah ketika mereka masuk Islam, berhijrahlah kalian
Mereka pun berhijrah
Mereka bukan orang-orang lemah
Mereka bukan orang-orang yang tidak punya perisai ketika perang
Mereka bukan pasukan pejalan kaki yang tidak bisa mengendarai kuda
Mereka mulia dan pahlawan
Mereka mengenakan baju besi di medan perang
Juga mengenakan celana putih, panjang, dan dijahit dengan besi yang kuat
Mereka tidak cepat gembira jika tombak mereka mengenai suatu kaum
Mereka tidak cepat takut jika kalah
Mereka berjalan seperti unta putih dan terlindungi oleh pukulan
Jika singa-singa pendek melarikan diri
Tikaman tidak terjadi di leher-leher mereka
Mereka tidak lari dari telaga kematian.’”

Ibnu Ishaq berkata, Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa ketika Ka’ab bin Zuhair berkata, ‘Jika singa-singa pendek melarikan diri,’ maka yang ia maksud adalah kami kaum Anshar, karena perbuatan salah seorang dari mereka terhadap dirinya. Ka’ab bin Zuhair hanya memuji secara khusus kaum Muhajirin dari Quraisy. Oleh karena itu, kaum Anshar marah. Tapi, setelah ia masuk Islam, ia memuji kaum Anshar, menyebutkan prestasi-prestasi mereka bersama Rasulullah, dan posisi mereka terhadap Yaman. Kata Ka’ab bin Zuhair,
‘Barangsiapa menginginkan kemuliaan hidup
Hendaklah ia senantiasa berada di pasukan berkuda kaum Anshar yang shalih
Mereka mewariskan kemuliaan dari satu generasi ke generasi selanjutnya
Sesungguhnya orang-orang pilihan ialah kaum Anshar
Mereka memandang dengan mata memerah
Seperti bara api dan pandangan mereka tidak lemah
Mereka jual jiwa mereka untuk nabi mereka
Untuk mati di kancah perang
Mereka melindungi agama manusia
Dengan pedang dan tombak yang bergetar
Mereka bersuci –mereka meyakininya sebagai ibadah-
Dengan darah orang-orang kafir yang mereka perangi
Mereka terlatih untuk mengalahkan manusia sebagaimana singa terlatih di hutan
Jika engkau meminta dilindungi mereka
Engkau berada di benteng anak kambing
Di Perang Badar, mereka memukul Ali bin Mas’ud
Dengan pukulan yang karenanya seluruh Nizar menjadi lemah
Jika seluruh kaum memiliki pengetahuan terhadap mereka
Pastilah orang-orang yang aku ajak debat akan membenarkanku
Kaum Anshar ialah kaum yang jika bintang-bintang berguguran dan tidak ada hujan
Maka mereka menjamu orang-orang yang tiba di waktu malam.’”
Ibnu Hisyam berkata, “Ada yang mengatakan bahwa ketika Ka’ab bin Zuhair berkata,
‘Su’ad telah menjauh dan pada hari ini hatiku berduka.’
Maka Rasulullah bersabda kepada Ka’ab bin Zuhair, ‘Alangkah baik seandainya engkau menyebutkan kebaikan kaum Anshar, karena mereka berhak mendapatkannya.’ Kemudian Ka’ab bin Zuhair mengatakan bait-bait syair di atas.”
Dan dikatakan kepadaku dari Ali bin Zaid bin Jud’an bahwa ia berkata, “Ka’ab bin Zuhair melantunkan bait di bawah ini kepada Rasulullah di masjid,
‘Su’ad telah menjauh dan pada hari ini hatiku berduka.’”

CATATAN KAKI:

* Ibnu Hisyam berkata, “Diceritakan kepadaku dari Zaid bin Aslam bahwa ia berkata, ‘Ketika Rasulullah SAW mengangkat 'Attab bin Useid sebagai amir Makkah dan menggajinya satu dirham per hari, ia pun bangkit dan berpidato di hadapan manusia, ‘Wahai sekalian manusia, semoga Allah membuat lapar perut yang merasa lapar dengan duit satu dirham. Sungguh Rasulullah SAW telah menggajiku satu dirham per hari. Dan aku tidak butuh kepada pemberian siapapun.’”

0 comments:

Post a Comment

 
Siroh Nabawiyah © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top