Abu Sofyan terus bergerak maju dengan hati-hati sehingga sampai di mata
air. Ia berkata kepada Majdi bin Amru: "Apakah engkau mencu-rigai
seseorang di sini?" Majdi menjawab: "Tidak, aku tidak melihat se-orang
pun yang mencurigakan, hanya saja aku melihat dua orang penung-gang yang
menambatkan untanya di bukit kecil itu, mereka mengisi kantung air lalu
pergi.
Abu Sofyan mendatangi bukit kecil tempat mereka menambatkan unta
lalu memeriksa kotoran unta mereka, ternyata ia dapati biji kurma. Abu
Sofyan berkata: "Demi Allah, ini adalah makanan hewan di Yatsrib
(Madinah)!" Ia segera kembali menemui rekan-rekannya lalu mengarah-kan
kafilahnya menelusuri jalan pantai. Ia berbelok ke kanan menjauhi Badar
dan mempercepat langkahnya.
Setelah melihat keadaan mereka sudah aman Abu Sofyan mengutus
seseorang menemui pasukan Quraisy untuk mengabarkan: "Sesungguh-nya
kalian keluar untuk melindungi kafilah, orang-orang dan harta kalian,
dan Allah telah menyelamatkannya, maka kembalilah!"
Abu Jahal bin Hisyam berkata: "Demi Allah kami tidak akan kem-bali
hingga tiba di Badar!" Badar adalah salah satu pasar tahunan orang-orang
Arab. "Kami akan tinggal di sana selama tiga hari, menyembelih unta,
menghidangkan makanan, meminum khamr dan mendengarkan para biduanita
berdendang. Orang-orang Arab telah mendengar tentang kepergian kami
bersama pasukan. Setelah ini mereka pasti takut kepada kami
selama-lamanya, maka teruskanlah perjalanan." lanjut Abu Jahal.
Pasukan Quraisy pun terus bergerak hingga sampai di pinggir lem-bah
yang jauh. Lalu Allah menurunkan hujan dari langit, ketika itu lem-bah
dalam keadaan becek. Rasulullah SAW., dan para sahabat mendapat bagian
tanah yang padat dan keras sehingga tidak menghalangi perge-rakan
mereka. Sementara pasukan Quraisy mendapat bagian tanah yang lembek
sehingga tidak mampu untuk bergerak maju. Akhirnya Rasulullah dapat
mendahului mereka tiba di mata air. Sesampainya di tepi mata air beliau
turun di situ.
Al-Habbab bin Al-Mundzir berkata: "Wahai Rasulullah, apakah Allah
yang memerintahkan tuan untuk turun di tempat ini sehingga kita tidak
boleh maju maupun mundur darinya, ataukah siasat perang sema-ta?"
Rasulullah menjawab: "Hanya siasat perang!"
Al-Habbab melanjutkan: "Wahai Rasulullah, tempat ini kurang baik,
alangkah baiknya jika kita menempati tempat di tepi seberang sana yang
dekat kepada pasukan Quraisy. Kita tutup sumur di belakangnya dan kita
bangun telaga lalu kita isi air sebanyak-banyaknya, dan dari tempat itu
kita menghadapi mereka. Kita dapat minum sementara mereka tidak."
Rasulullah SAW., berkata: "Sungguh tepat pendapatmu itu."
Maka Rasulullah dan para sahabat mengambil tempat di seberang mata
air lalu menutup sumur dan membangun telaga di atasnya lalu mereka isi
air sampai penuh. Mereka ciduki telaga itu dengan bejana-bejana mereka.
Sa'ad bin Mu'adz berkata: "Wahai Nabi Allah, alangkah baiknya jika
kami buatkan bagimu bangsal tempat engkau berteduh. Kami siapkan hewan
tunggangan untukmu kemudian biarkan kami yang menghadapi musuh. Apabila
Allah memberikan kemenangan bagi kita atas musuh maka itulah yang kami
harapkan. Jika tidak, engkau dapat mengendarai hewan kendaraan itu untuk
menyusul orang-orang kita yang tertinggal di belakang. Wahai nabi
Allah, ada sejumlah orang yang tertinggal di bela-kang, kami bukanlah
orang yang lebih dalam cintanya kepadamu diban-ding mereka. Sekiranya
mereka tahu engkau bakal menghadapi peperang-an tentu mereka tidak akan
tertinggal di belakang. Allah akan melin-dungimu melalui mereka. Mereka
pasti berlaku tulus terhadapmu dan berjihad bersamamu." Rasulullah SAW.,
memujinya dengan kata-kata yang baik dan mendoakan kebaikan untuknya.
Kemudian dibangunlah bangsal untuk Rasulullah.
Pagi harinya kaum Quraisy mulai bergerak. Ketika melihatnya
Rasulullah SAW., segera menuruni Al-'Aqanqal –sebuah bukit pasir di
lembah tersebut–. Rasulullah berkata: "Ya Allah, itu pasukan Quraisy
telah da-tang dengan segala kesombongan dan keangkuhannya! Mereka hendak
menantangMu dan mendustakan RasulMu. Ya Allah, turunkanlah perto-longan
yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka
besok!"
Tibalah pasukan Quraisy di Badar, beberapa orang dari mereka
men-datangi telaga yang dibangun oleh Rasulullah dan para sahabat.
Diantara mereka terdapat Hakim bin Hizam. Rasulullah berkata:
"Biarkanlah me-reka!"
Orang-orang yang minum dari telaga Rasulullah saat itu menemui
kematiannya pada peperangan ini kecuali Hakim bin Hizam, dia lah
satu-satunya yang selamat. Kemudian ia masuk Islam dan menjadi baik
ke-Islamannya. Setelah itu apabila ia sungguh-sungguh bersumpah ia
berka-ta: "Demi Allah yang telah menyelamatkanku pada peperangan Badar!"
Setelah keadaan tenang, kaum Quraisy mengutus Umeir bin Wahab
Al-Jumahi, mereka berkata kepadanya: "Perkirakanlah berapa jumlah
pasukan Muhammad!"
Ia pun menunggangi kudanya mengelilingi pasukan kemudian kem-bali
dan berkata: "Jumlah mereka lebih kurang tiga ratus orang! Akan tetapi
biar aku lihat apakah ada pasukan yang tersembunyi atau bala bantuan
bagi mereka?"
Ia pun menunggangi kudanya menjauhi lembah. Ternyata ia tidak
melihat sesuatu yang mencurigakan. Lalu kembali dan berkata: "Aku tidak
melihat sesuatu yang mencurigakan. Akan tetapi wahai sekalian Quraisy!
Aku melihat balaaya (Bentuk jamak dari perkataan baliyyah,
artinya unta-unta atau hewan-hewan yang diikat di kuburan tidak makan
dan tidak minum hingga mati) (unta-unta) yang membawa kematian!
Unta-unta Yatsrib yang membawa kematian yang tidak bisa dielakkan. Satu
kaum yang tidak memiliki pertahanan dan tempat melarikan diri
(perlindungan) selain pedang mereka! Demi Allah, setiap orang yang
terbunuh dari mereka pasti membunuh salah seorang dari kalian! Jika
dengan jumlah mereka yang sedikit itu mereka berhasil mengalahkan kalian
maka tidak ada lagi kehidupan yang enak setelah itu! Oleh karena itu
pikirkanlah matang-matang!"
Mendengar penuturannya itu Hakim bin Hizam menemui orang-orang. Ia
mendatangi Utbah dan berkata: "Wahai Abul Walid, engkau adalah pembesar
Quraisy dan salah satu pemimpin yang ditaati! Maukah kebaikanmu selalu
dikenang hingga akhir zaman.?"
"Apa itu hai Hakim?" tanya Utbah. Hakim berkata: "Kembalilah bersama
pasukan dan selesaikanlah tebusan sekutumu, yakni Amru bin
Al-Hadhrami."
"Aku pasti akan melakukannya, engkaulah yang menjadi saksinya, ia
adalah sekutuku dan akulah yang menanggung tebusannya dan harta-nya yang
diambil. Datangilah Ibnul Hanzhaliyah (Abu Jahal bin Hisyam, ibunya
anak dari Hanzhalah bin Malik). Aku tidak khawatir orang-orang akan
berselisih tentangnya!" jawab Utbah.
Maka Utbah pun bangkit dan berbicara: "Wahai sekalian kaum Quraisy,
demi Allah apa yang kalian lakukan bila mengalami kekalahan dalam
menghadapi Muhammad dan pasukannya? Demi Allah sekiranya kalian menang
maka kita saling memandang dengan perasaan benci sambil menggerutu "Ia
telah membunuh sepupunya, telah membunuh keponakannya atau anggota
keluarganya sendiri". Biarkanlah Muham-mad menghadapi kabilah Arab yang
lain. Bila mereka berhasil mengalah-kan Muhammad maka itulah yang kalian
harapkan. Jika yang terjadi selain itu, kalian telah selamat dan
terhindar dari musibah yang tidak kalian inginkan darinya."
Hakim berkata: "Aku bergegas menemui Abu Jahal, saat itu ia te-ngah
mempersiapkan pakaian perangnya. Kukatakan padanya: "Hai Abul Hakam,
sesungguhnya Utbah mengutusku menemuimu untuk urusan ini!" yakni masalah
yang diutarakannya tadi. Abu Jahal berkata: "Demi Allah, kembang kempis
dadanya (Kinayah dari rasa takut) karena melihat Muhammad dan
pa-sukannya. Demi Allah sekali-kali tidak! Kita tidak akan kembali
hingga Allah memutuskan siapakah yang menang, kita atau Muhammad!
Seharusnya Utbah tidak mengatakan perkataan seperti itu! Namun ia
melihat Muhammad dan pasukannya hanya sedikit sementara di antara mereka
terdapat anaknya! Ia hanyalah menakut-nakuti kalian saja!"
Lalu ia mengutus seseorang kepada Amir bin Al-Hadhrami untuk
mengatakan: "Sekutumu (yakni Utbah) menghendaki pasukan ini kemba-li ke
Makkah! Sementara engkau hendak membalas dendam! Bangkit dan
teriakkanlah hakmu (Yakni tuntutlah kepada bangsa Quraisy perjanjian
mereka kepadamu. Mereka adalah tetangga dan sekutu (Amr bin Al-Hadhrami)
dan darah saudaramu!
Maka bangkitlah Amir bin Al-Hadhrami dan berdiri di tengah orang banyak sambil berteriak: "Duhai Amru! Duhai Amru!
Spontan saja berkobarlah semangat pasukan, tekad mereka semakin
menyala-nyala dan mereka semua bersatu di atas keburukan. Kacaulah apa
yang diserukan oleh Utbah kepada mereka!
Al-Aswad bin Abdil Asad Al-Makhzumi maju ke depan –ia adalah seorang
lelaki yang buruk perangainya– sambil berkata: "Aku bersumpah akan
meminum air dari telaga mereka. Akan kuhancurkan telaga itu meski aku
harus terbunuh! Tantangannya itu disambut oleh Hamzah bin Abdul
Muthalib. Ketika keduanya saling berhadapan Hamzah menebas kakinya
hingga terbelah dua dan terpental jauh. Sementara ia masih berada jauh
dari telaga. Ia pun tumbang sementara kakinya mengucurkan darah ke arah
teman-temannya. Kemudian ia merangkak menuju telaga dan berusaha
menceburkan diri ke dalamnya. Ia hendak melaksanakan sumpahnya. Namun
Hamzah mengejarnya lalu menebasnya dengan pe-dang. Maka terbunuhlah
Al-Aswad di telaga itu.!
Kemudian majulah Utbah bin Rabi'ah didampingi oleh saudaranya, yakni
Syaibah dan putranya Al-Walid bin Utbah. Sesampainya di antara dua
pasukan mereka menantang berduel satu lawan satu. Tiga orang pemuda
Anshar maju menjawab tantangan itu, mereka adalah Auf dan Mu'adz bin
Al-Harits dan seorang lelaki lain, ada yang mengatakan ia adalah
Abdullah bin Rawaahah.
"Siapakah kalian?" tanya mereka. "Kami adalah pemuda kaum An-shar!"
jawab sahabat. "Kami tidak berkeinginan melawan kalian!" sahut mereka.
Lalu salah seorang dari mereka berteriak: "Hai Muhammad, keluarkanlah
orang-orang yang seimbang dengan kami dari kaum kami!"
Rasulullah SAW., berkata: "Majulah wahai Ubaidah bin Al-Harits,
maju-lah wahai Hamzah dan majulah wahai Ali!" Mereka pun berkata: "Itu
baru lawan yang seimbang!" Maka Ubaidah pun –ia adalah yang paling tua
di antara ketiganya– meladeni Utbah bin Rabi'ah. Hamzah meladeni Syaibah
bin Rabi'ah dan Ali meladeni Al-Walid bin Utbah.
Adapun Hamzah tanpa susah payah berhasil menewaskan Syaibah.
Demikian juga Ali tanpa susah payah berhasil menewaskan Al-Walid.
Sementara Ubaidah terlibat dalam pertarungan yang amat sengit dengan
Utbah. Masing-masing dapat mencederai lawannya. Lalu Hamzah dan Ali
berbalik dan menyerang Utbah dengan pedang terhunus dan meng-habisinya,
kemudian keduanya membopong Ubaidah kembali ke pasukan.
Setelah itu kedua pasukan saling berhadapan dan saling mendekat.
Rasulullah memerintahkan pasukan agar jangan menyerang sebelum mendapat
komando dari beliau. Beliau berkata: "Jika mereka maju me-nyerang
hujanilah mereka dengan lemparan batu!" Ketika itu Rasulullah berada di
dalam bangsal bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq SAW.,.
Peperangan Badar ini terjadi pada Jum'at pagi tanggal 17 Ramadhan.
Kemudian Rasulullah SAW., merapikan barisan dan kembali ke bangsal
ber-sama Abu Bakar, tidak ada orang lain yang menyertai beliau.
Rasulullah terus berdoa memohon pertolongan yang telah dijanjikan Allah
kepada-nya. Beliau berdoa: "Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan
ini niscaya Engkau tidak akan disembah lagi."
Abu Bakar saat itu berkata: "Wahai Nabiyullah, Allah telah memenuhi janjiNya kepadamu!"
Rasulullah SAW., sempat tertidur sejenak di dalam bangsal kemudian
beliau terbangun dan berkata: "Wahai Abu Bakar, sambutlah kabar gembira,
pertolongan Allah telah tiba. Malaikat Jibril telah bersiap memacu
kudanya. Terlihat gumpalan debu dari arahnya!" Kemudian Rasulullah
keluar dan memompa semangat pasukan, beliau berkata: "Demi Allah yang
jiwa Muhammad berada ditanganNya, siapa saja yang terbunuh pada hari ini
karena mengharap pahala, maju berperang bukan mundur ke kebelakang,
pasti Allah memasukkannya ke dalam Surga."
Mendengar itu, Umeir bin Al-Humam, saudara Bani Salamah, yang saat
itu sedang makan buah kurma berkata: "Wah, wah, cuma itukah yang
memisahkan diriku dengan Surga? Hanya dengan terbunuh di ta-ngan
mereka?!" Ia segera melemparkan buah kurma yang digenggamnya lalu
mengambil pedang, kemudian ia maju ke depan hingga akhirnya tewas
terbunuh.
Kemudian Rasulullah SAW., mengambil segenggam debu lalu mengha-dap
pasukan Quraisy dan berkata: "Terhinalah wajah-wajah kalian!" kemudian
beliau meniupnya ke arah mereka. Lalu beliau memberi ko-mando kepada
pasukan: "Serbu!"
Maka pada saat itulah pasukan Quraisy menemui kekalahan.
Terbu-nuhlah para pemuka Quraisy dan tertawanlah sejumlah orang
terpandang mereka.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA., bahwa pada saat itu
Rasulullah SAW., berkata kepada para sahabat: "Aku tahu, sebagian orang
dari Bani Hasyim dan lainnya keluar berperang karena terpaksa. Kita
tidak perlu membunuh mereka. Siapa saja yang bertemu dengan salah
seorang Bani Hasyim, maka janganlah membunuhnya. Siapa saja yang bertemu
dengan Abul Bakhtari bin Hisyam bin Al-Harits bin Asad, maka janganlah
membunuhnya. Siapa saja yang bertemu dengan Al-Abbas bin Abdil Muthalib,
maka janganlah membunuhnya. Karena ia keluar berperang karena
terpaksa."
Abu Hudzaifah berkata: "Apakah kami dibiarkan membunuh bapak-bapak
kami, saudara-saudara kami dan keluarga kami lantas membiarkan Al-Abbas?
Demi Allah, jika aku menemuinya niscaya akan kubunuh dengan pedangku
ini!"
Sampailah perkataan ini kepada Rasulullah SAW.,. Beliau berkata
kepa-da Umar bin Al-Khatthab RA.,: "Wahai Abu Hafsh, patutkah paman
Rasu-lullah ditebas dengan pedang?" Umar berkata: "Wahai Rasulullah,
izinkan aku untuk membunuh orang yang mengatakannya! Demi Allah ia telah
berbuat kemunafikan!
Setelah peristiwa itu Abu Hudzaifah berkata: "Aku tidak pernah
merasa aman dari ucapan yang kukatakan saat itu. Aku senantiasa takut
akibatnya, dan tidak ada cara selain kutebus dengan mati syahid!" Beliau
terbunuh sebagai seorang syuhada pada peperangan Yamamah.
Para malaikat tidak pernah terlibat langsung dalam peperangan
kecuali pada peperangan Badar ini. Pada peperangan lain mereka datang
dalam jumlah yang sangat banyak namun tidak terlibat langsung dalam
peperangan.
Setelah Rasulullah SAW., dan pasukan berhasil menaklukkan pasukan
Quraisy, beliau memerintahkan agar mencari jasad Abu Jahal di antara
para korban yang tewas. Ibnu Mas'ud RA., menuturkan: "Aku menyembe-lih
kepala Abu Jahal dan membawanya ke hadapan Rasulullah. Aku berkata:
"Wahai Rasulullah, inilah kepala musuh Allah Abu Jahal! Rasulullah
berkata: "Demi Allah, tiada ilah yang berhak disembah selain Dia!"
Begitulah sumpah Rasulullah.
Aku berkata: "Benar, demi Allah yang tiada ilah yang berhak disembah
selain Dia!" Kemudian aku letakkan kepala Abu Jahal di hadapan
Rasulullah. Beliau memanjatkan puja dan puji kepada Allah.
Rasulullah SAW., memerintahkan agar melempar mayat-mayat tentara
Quraisy itu ke sumur. Kecuali Umayyah bin Khalaf, tubuhnya membeng-kak
dalam baju perang yang dikenakannya sehingga sulit dikeluarkan. Mereka
mencoba mengeluarkannya dengan menggoyang-goyangnya, tetapi dagingnya
malah rontok, akhirnya mereka biarkan. Lalu mereka timbun sumur itu
dengan tanah dan bebatuan. Setelah mayat-mayat itu dilemparkan ke dalam
sumur, pada malam harinya Rasulullah SAW., berdiri di samping sumur lalu
berkata –perkataan beliau didengar oleh para sahabat-: "Hai penghuni
sumur, hai Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Umayyah bin Khalaf,
Abu Jahal...-dan beberapa orang yang dilemparkan ke dalam sumur- Apakah
kalian telah merasakan kebenaran janji Allah atas kalian? Sesungguhnya
aku telah melihat kebenaran janji Allah atasku!" Kaum muslimin berkata:
"Wahai Rasulullah, apakah engkau menyeru kaum yang telah menjadi
bangkai?"
Rasulullah menjawab: "Kalian tidaklah lebih mendengar apa yang aku
katakan daripada mereka! Hanya saja mereka tidak dapat menjawab
perkataanku!"
Kemudian Rasulullah memerintahkan agar membagi-bagi ghanimah (harta
rampasan perang) yang telah dikumpulkan. Kaum muslimin saling berselisih
tentangnya. Para pengumpul ghanimah berkata: "Harta itu milik kami!"
Anggota pasukan yang terlibat peperangan berkata: "Demi Allah, kalau
bukan karena perjuangan kami kalian tidak akan bisa mengumpul-kannya!
Kamilah yang memalingkan perhatian musuh terhadap kalian sehingga kalian
bisa leluasa mengumpulkannya."
Anggota pasukan yang bertugas menjaga Rasulullah SAW., dari
gang-guan musuh berkata: "Demi Allah, kalian tidaklah lebih berhak
daripada kami. Demi Allah, kami telah bertekad memerangi musuh sebab
Allah telah mengaruniai kami kekuatan. Dan kami pun punya kesempatan
untuk mengambili harta karena tidak ada lagi yang menjaganya. Akan
tetapi kami khawatir terhadap keselamatan Rasulullah dari rongrongan
musuh, maka kami pun menjaga beliau. Kalian tidaklah lebih berhak
daripada kami!
Home
»
»Unlabelled
» Perang Badar Kubro Bag 2
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment