Kemudian Rasulullah menetap di Madinah selama bulan Ramadhan dan Syawal.
Pada bulan Dzulqa’dah, beliau keluar dari Madinah untuk berumrah dan
tidak menginginkan perang.*
“Rasulullah mengajak orang-orang Arab dan orang-orang Badui yang ada
di sekitar beliau untuk pergi bersama beliau, karena khawatir
orang-orang Quraisy memerangi atau melarang beliau mengunjungi
Baitullah. Banyak sekali orang-orang Badui yang menolak ajakan beliau.
Kendati begitu, beliau tetap berangkat bersama para sahabat dari kaum
Muhajirin, para sahabat dari kaum Anshar, dan orang-orang Arab lainnya.
Beliau membawa hewan sembelihan (onta)** dan berpakaian ihram untuk
umrah agar manusia merasa aman dan mengetahui beliau keluar untuk
mengunjungi Baitullah dan mengagungkannya”.
“Rasulullah berjalan dan ketika tiba di ‘Usfan (sebuah tempat lebih
kurang dua marhalah sebelum masuk kota Makkah), beliau bertemu Bisyr bin
Sufyan al-Ka’bi.
“Bisyr bin Sufyan berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah,
orang-orang Quraisy mendengar keberangkatanmu, untuk itu, mereka keluar
dengan membawa unta-unta betina yang baru melahirkan anaknya yang
teteknya penuh dengan susu lalu berhenti di Dzu Thuwa (Nama sebuah
tempat dekat Makkah) Mereka bersumpah kepada Allah bahwa engkau tidak
boleh masuk ke tempat mereka untuk selama-lamanya. Inilah Khalid bin
Walid dengan pasukan berkudanya, mereka mengutusnya ke Kuraul
Ghamim’***. Rasulullah SAW bersabda, ‘Celakalah orang-orang Quraisy,
sungguh mereka telah dikuasai nafsu berperang. Apa salahnya kalau mereka
tidak menghalang-halangiku berhubungan dengan orang-orang Arab. Jika
orang-orang Arab tersebut mengalahkanku, itulah yang mereka harapkan.
Jika Allah memenangkanku atas mereka, maka mereka masuk Islam. Jika
mereka tidak masuk Islam, mereka berperang, toh mereka mempunyai
kekuatan. Demi Allah, orang-orang Quraisy jangan salah sangka,
sesungguhnya aku tidak pernah berhenti memperjuangkan apa yang aku bawa
dari Allah hingga Dia memenangkannya atau aku mati karenanya’. Beliau
bersabda lagi, ‘Siapa yang bisa berjalan dengan kita di jalan lain yang
tidak mereka lalui?”.
Sesorang dari Bani Aslam berkata, ‘Aku, wahai Rasulullah’. Orang
tersebut berjalan bersama kaum muslimin melewati jalan yang penuh dengan
pohon hingga sulit dilalui di antara jalan-jalan menuju gunung. Ketika
mereka keluar dari jalan tersebut dalam keadaan lelah dan tiba di tanah
datar di ujung lembah, Rasulullah bersabda, ‘Katakanlah, ‘Kami meminta
ampunan kepada Allah dan bertaubat kepadaNya’. Mereka mengucapkan
perkataan tersebut. Rasulullah bersabda lagi, ‘Demi Allah, itulah
perkatan yang dulu ditawarkan kepada Bani Israel, namun mereka tidak mau
mengucapkannya’.****”
“Maka Rasulullah memberi instruksi kepada kaum muslimin dengan
bersabda, ‘Hendaklah kalian mengambil jalan arah kanan melewati
Al-Hamdhu, jalan yang tembus ke Tsaniyyatul Mirar, tempat pemberhentian
di al-Hudaibiyah, dari arah bawah Makkah.
Rombongan pun berjalan melewati jalan tersebut. Ketika pasukan
berkuda Quraisy melihat kepulan debu dari jalan yang berlainan dengan
jalan mereka yang mereka lalui, mereka pulang kepada orang-orang
Quraisy. Di sisi lain, Rasulullah terus berjalan dan ketika berjalan di
Tsaniyyatul Mirar, tiba-tiba unta beliau berhenti dan orang-orang pun
berkata, ‘Unta ini mogok jalan’. Rasulullah bersabda, ‘Unta ini tidak
mogok jalan dan itu bukan tabiatnya, namun ia ditahan oleh Allah yang
menahan gajah dari Makkah (pasukan Abrahah). Jika hari ini orang-orang
Quraisy mengajakku menyambung hubungan kekerabatan, aku menyetujuinya’.
Beliau bersabda lagi, ‘Berhentilah kalian’. Salah seorang sahabat
berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, di lembah ini tidak ada mata
air. Jadi, kita tidak usah berhenti di sini’.
Rasulullah mengeluarkan panah dari tabung panah dan memberikannya
kepada salah seorang dari para sahabat, kemudian ia turun dengan panah
tersebut ke salah satu sumur di tempat tersebut dan memasukkan panah ke
dalamnya. Air pun keluar hingga tanah di sekitar sumur menjadi basah”.
“Ketika Rasulullah tengah beristirahat, beliau didatangi Budail bin
Warqa’ Al-Khuzai bersama beberapa orang dari Khuza’ah. Mereka berbicara
dan menanyakan alasan kedatangan beliau ke Makkah. Beliau menjelaskan
kepada mereka bahwa beliau datang tidak untuk perang, namun untuk
mengunjungi Baitullah dan mengagungkannya. Setelah itu, beliau bersabda
kepada mereka seperti yang beliau sabdakan kepada Bisyr bin Sufyan. Usai
mendapatkan penjelasan beliau, Budail bin Warqa’ Al-Khuzai dan anak
buahnya pulang ke tempat orang-orang Quraisy dan berkata kepada mereka,
‘Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian terlalu cepat bertindak
terhadap Muhammad. Sesungguhnya Muhammad datang tidak untuk perang,
namun untuk mengunjungi Baitullah. Maka curigailah dan tolaklah mereka
dengan kata-kata kasar’. Orang-orang Quraisy berkata, ‘Jika ia datang
untuk tujuan tersebut dan tidak untuk perang, maka demi Allah ia tidak
boleh masuk ke tempat kita dengan kekerasan untuk selama-lamanya dan ia
tidak boleh mengungkit-ungkit perang kepada kita’.”
“Orang-orang Khuza'ah; baik yang muslim atau yang musyrik adalah
kolega dekat Rasulullah yang tidak merahasiakan apa saja yang terjadi di
Makkah terhadap beliau. Mereka mengutus Mikraz bin Hafsh bin Al-Akhyaf
saudara Bani Amir bin Luai kepada Rasulullah. Ketika beliau melihat
kedatangannya, beliau bersabda, ‘Orang ini pengkhianat’. Ketika Makraz
bin Hafsh tiba di tempat beliau dan berbicara dengan beliau, maka beliau
bersabda kepadanya seperti yang beliau sabdakan kepada Budail bin
Warqa’ dan teman-temannya. Setelah itu, Makraz bin Hafsh pulang kepada
orang-orang Quraisy dan menceritakan kepada mereka apa yang disabdakan
Rasulullah”.
“Orang-orang Quraisy mengutus Al-Hulais bin Alqamah atau bin Zabban
kepada Rasulullah. Ketika itu, Al-Hulais bin Alqamah adalah pemimpin
orang-orang Ahabisy dan warga Bani Al-Harits bin Abdu Manat bin Kinanah.
Ketika Rasulullah melihat kedatangannya, beliau bersabda, ‘Orang ini
berasal dari kaum yang beribadah, oleh karena itu, tempatkan hewan
sembelihan (onta) di depannya agar ia bisa melihatnya’. Ketika al-Hulais
bin ‘Alqamah melihat hewan sembelihan (onta) berdatangan kepadanya dari
samping lembah dengan memakai kalung sebagai tanda akan disembelih dan
bulu-bulunya telah rusak karena terlalu lama berada di tempat ia akan
disembelih, ia segera pulang kepada orang-orang Quraisy dan tidak jadi
bertemu dengan Rasulullah karena hormat kepada beliau. Ia ceritakan apa
yang dilihatnya kepada orang-orang Quraisy, kemudian orang-orang Quraisy
berkata kepadanya, ‘Duduklah engkau, karena engkau orang Arab dusun
yang bodoh’.”
Al-Hulais bin Alqamah marah karena perkataan orang-orang Quraisy. Ia
berkata, ‘Hai orang-orang Quraisy, demi Allah, kami bersekutu dan
mengikat perjanjian dengan kalian tidak untuk hal ini. Pantaskah orang
yang ingin mengagungkan Baitullah itu tidak boleh datang kepadanya?.
Demi Dzat yang jiwa Al-Hulais berada di tanganNya, kalian mengizinkan
Muhammad mengunjungi Baitullah atau aku membelot dari kalian bersama
orang-orang Ahabisy’. Orang-orang Quraisy berkata kepada Al-Hulais bin
Alqamah, Tahan dirimu, hai Al-Hulais, hingga kami bisa mengambil apa
yang kami ridhai untuk kami’.”
“Kemudian orang-orang Quraisy mengutus Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi
untuk pergi kepada Rasulullah. Urwah bin Mas’ud berkata, ‘Hai
orang-orang Quraisy, sungguh aku tahu kata-kata kasar dan buruk yang
kalian sampaikan kepada orang-orang yang kalian utus untuk menemui
Muhammad. Kalian tahu bahwa kalian adalah orang tua sedang aku anak
–Urwah adalah anak Subai’ah binti Abdu Syams–. Aku dengar apa yang
terjadi pada kalian, mengumpulkan orang-orang dari kaumku yang taat
kepadaku, kemudian datang kepada kalian untuk membantu kalian dengan
diriku sendiri’. Orang-orang Quraisy berkata, ‘Engkau benar. Engkau
bukan orang tertuduh di tempat kami’. Setelah itu, Urwah bin Mas’ud
Ats-Tsaqafi berangkat ke tempat Rasulullah. Ketika ia tiba di tempat
beliau, ia duduk di depan beliau, kemudian berkata, ‘Hai Muhammad,
engkau kumpulkan orang banyak kemudian membawa mereka kepada keluargamu
untuk membunuh mereka?.
Orang-orang Quraisy telah keluar bersama wanita-wanita dan anak-anak
mereka dengan memakai kulit-kulit harimau. Mereka bersumpah tidak akan
mengizinkanmu masuk ke tempat mereka untuk selama-lamanya. Demi Allah,
dengan mereka, sepertinya kami lihat pengikut kalian akan menyingkir
darimu besok pagi’. Abu Bakar Ash-Shiddiq yang duduk di belakang
Rasulullah berkata, ‘Isaplah klentit (clitoris) Lata. Apakah kami akan
menyingkir dari beliau?’. Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi berkata, ‘Siapa
orang ini, hai Muhammad?’. Beliau menjawab, ‘Dia putra Abu Quhafah’.
Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi berkata, ‘Demi Allah, jika aku tidak
berutang budi padanya, pasti aku balas ucapannya dengan ucapan yang
lebih menyakitkan, namun perkataanku ini sudah cukup’. Urwah bin Mas’ud
Ats-Tsaqafi berusaha memegang Rasulullah sambil berbicara dengan beliau.
Al-Mughirah bin Syu’bah yang berdiri di depan Rasu-lullah dengan
memegang pedang memukul tangan Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi yang hendak
memegang jenggot Rasulullah, sambil berkata, ‘Tahan tanganmu dari wajah
Rasulullah sebelum pedang ini mengenaimu’. Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi
berkata, ‘Celakalah engkau, betapa kasarnya engkau!’ Rasulullah
tersenyum.
Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi berkata kepada beliau, ‘Siapa orang
ini, hai Muhammad?’ Beliau men-jawab, ‘Dia anak saudaramu, yaitu
Al-Mughirah bin Syu’bah’. Urwah bin Mas’ud berkata, ‘Engkau pengkhianat,
aku baru saja membersihkan aibmu kemarin.”*****
“Kemudian Rasulullah menjelaskan kepada Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi
seperti yang telah beliau jelaskan kepada teman-teman Urwah bin Mas’ud
Ats-Tsaqafi sebelum ini bahwa beliau datang tidak untuk perang. Kemudian
Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi beranjak dari tempat Rasulullah dan
sebelum itu, ia melihat apa yang diperbuat para sahabat terha-dap
beliau; jika beliau berwudhu maka mereka memperebutkan bekas air wudhu
beliau, jika beliau meludah maka mereka memperebutkannya, dan jika
rambut beliau jatuh maka mereka mengambilnya. Urwah bin Mas’ud
Ats-Tsaqafi pulang kepada orang-orang Quraisy dan berkata kepada mereka,
‘Hai orang-orang Quraisy sungguh aku telah mengunjungi Kisra di
kerajaannya, Kaisar di kerajaannya, dan An-Najasyi di kerajaannya. Demi
Allah, aku tidak pernah melihat seorang raja di rakyatnya seperti
Muhammad di sahabat-sahabatnya. Sungguh aku lihat kaum yang tidak akan
menyerahkannya kepada sesuatu apa pun untuk selama-lamanya, oleh karena
itu, pikirkanlah pendapat kalian’.”
Rasulullah memanggil Khirasy bin Umaiyyah Al-Khuzai dan mengutusnya
untuk menemui orang-orang Quraisy. Beliau menyerahkan unta beliau yang
bernama Ats-Tsa’lab kepada Khirasy bin Umaiyyah dan menyuruhnya
menyampaikan pesan beliau kepada tokoh-tokoh Quraisy. Ketika Khirasy bin
Umaiyyah tiba di tempat orang-orang Quraisy, mereka menyembelih unta
beliau yang dikendarai Khirasy bin Umaiyyah dan juga bermaksud membunuh
Khirasy bin Umaiyyah namun dicegah orang-orang ahabisy. Mereka melepas
Khirasy bin Umaiyyah hingga ia tiba kembali di tempat Rasulullah SAW”.
“Utsman bin Affan berangkat ke Makkah dan bertemu Aban bin Sa’id bin
Al-Ash ketika memasuki Makkah atau hendak memasukinya. Aban bin Sa’id
Al-Ash membawa Utsman bin Affan di depannya dan melindunginya hingga ia
menyampaikan surat Rasulullah. Setelah itu, Utsman bin Affan menemui Abu
Sufyan bin Harb dan tokoh-tokoh Quraisy, dan menyampaikan surat
Rasulullah SAW kepada mereka. Mereka berkata kepada Utsman bin Affan
setelah ia selesai menyampaikan pesan Rasulullah kepada mereka, ‘Jika
engkau hendak melakukan thawaf di Baitullah, silakan’. Utsman bin Affan
menjawab, ‘Aku tidak akan thawaf hingga Rasulullah yang memulai thawaf”.
“Utsman bin Affan ditahan orang-orang Quraisy di tempat mereka,
namun informasi yang sampai kepada Rasulullah SAW dan kaum muslimin
ialah Utsman bin Affan dibunuh”.
CATATAN:
* Rasulullah SAW menunjuk Namilah bin Abdillah Al-Laitsi sebagai amir sementara di Madinah
** Hewan sembelihan yang dibawa ketika itu berjumlah tujuh puluh
ekor unta. Rombongan yang ikut saat itu berjumlah tujuh ratus orang.
Setiap satu ekor unta merupakan kongsi dari sepuluh orang
*** Nama sebuah tempat dekat Makkah
**** Isyarat kepada firman Allah: "Quulu hiththatun" yang artinya, "Ya Allah hapuslah dosa kami".
***** Ibnu Hisyam berkata: "Maksud Urwah adalah bahwasanya
Al-Mughirah bin Syu'bah sebelum masuk Islam telah membunuh tiga belas
orang Bani Malik dari Tsaqif, maka marahlah orang-orang Bani Tsaqif,
khususnya Bani Malik, keluarga korban. Dan Al-Ahlaaf masih satu rumpun
keluarga dengan Al-Mughirah, lalu Urwah mengelurkan diyat untuk tiga
belas orang korban yang terbunuh itu, maka selesailah permasalahannya.
Home
»
»Unlabelled
» Perjanjian Al-hudaibiyah akhir 6 H
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment