DIANTARA AKHLAK RASULULLAH SAW
Sebagai mana yang telah kita ketahui bersama bahwa salah satu bukti adanya iman dihati adalah masih adanya rasa malu. Karena ia adalah bagian dari iman. Bisa kita bayangkan apa jadinya jika ada seseorang yang hilang rasa malunya?
Rasa malu bukanlah aib, bahkan ia bisa menjadi pagar pembatas untuk mencegah kita dari hal-hal yang bisa menjerumuskan kita ke dalam kehinaan.
Bahkan Rasulullah sendiri sebagai suri teladan bagi kita adalah seorang yang pemalu. Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata, "Rasulullah Saw itu lebih pemalu daripada seorang gadis pingitan. Apabila beliau melihat sesuatu yang tidak disenangi, maka kita dapat melihat itu tampak dari wajahnya."
( HR. Bukhari 3562, Muslim 2320)
Selain itu, beliau Saw juga seorang yang sangat penyabar dan tidak pernah bersikap kasar. Hal ini sesuai dengan pengakuan sahabat mulia Anas bin Malik yang telah menjadi pembantu dirumah Rasulullah Saw selama sepuluh tahun. Rasulullah Saw memuliakannya, bahkan kita pun saat ini memuliakan sahabat Anas bin Malik.
Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Aku telah melayani Rasulullah Saw selama sepuluh tahun. Selama itu beliau sama sekali tidak pernah mengatakan kepadaku, 'Cis' atau 'Mengapa engkau melakukannya?' atau "Mengapa engkau tidak melakukannya?' Rasulullah Saw adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Aku tidak pernah menyentuh kain bulu atau sutera atau apapun yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah Saw. Aku juga tidak pernah mencium misk atau wewangian yang lebih harum daripada keringat Rasulullah Saw."
(HR. Tirmidzi 2015, Muslim 2330)
Begitu pula akhlak Rasulullah Saw dalam beribadah. Rasulullah Saw tidak menginginkan suatu hal pun yang bisa memberatkan dan mempersulit umatnya dalam beribadah. Maka, beliau Saw mengajarkan kepada kita untuk beribadah dan beramal sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing.
Dari Aisyah, ia berkata, "Rasulullah Saw masuk menemuiku, sementara bersamaku ada seorang wanita. Beliau bertanya, 'Siapa dia?' Aku menjawab, 'Fulanah, ia tidak pernah tidur untuk mengerjakan shalat (selalu tahajud sepanjang malam).'
Lantas beliau pun bersabda, 'Kalian harus beramal menurut kemampuan kalian. Demi Allah, Allah tidak akan merasa bosan hingga kalian sendiri yang merasa bosan'.
Aisyah melanjutkan, dan amalan yang paling beliau sukai adalah yang dikerjakan oleh pelakunya secara kontinyu (berkesinambungan)."
(HR. Bukhari 43, 1151, Muslim 785)
0 comments:
Post a Comment