Ketika orang-orang Tsaqif yang kalah tiba di Thaif, mereka menutup
pintu-pintu kotanya dan membuat sejumlah persiapan untuk perang. Urwah
bin Mas’ud dan Ghailan bin Salamah tidak ikut hadir di Perang Hunain dan
pengepungan Thaif, karena keduanya berada di Jurasy sedang bertugas
mempelajari pembuatan dabbabah*, minjaniq**, dan dhabur***”.
“Setelah perang Hunain reda, Rasulullah berangkat ke Thaif. Ketika
beliau memutuskan berangkat ke Thaif, Ka’ab bin Malik RA berkata,
‘Kami lumat seluruh keraguan dari Tihamah dan Khaibar
Kemudian kami mengistirahatkan pedang-pedang kami dari perang
Kami berbicara dengan pedang-pedang kami
Jika pedang-pedang kami dapat berbicara, ia pasti berbicara
Aku bukan wanita menyusui anak jika kalian tidak pernah melihatnya
Ada beribu-ribu orang dari kami di halaman kalian
Kami cabut atap rumah di Wajj
Hingga rumah-rumah kalian menjadi kosong tanpa kalian
“Rasulullah berjalan melewati Nakhlah Al-Yamaniyah, Qarn, Al-Mulaih,
dan Bahrah Ar-Rugha’ dari Liyyah****. Di sana, Rasulullah membangun
masjid dan mengerjakan shalat di dalamnya”.
Kemudian Rasulullah berjalan melewati jalan Adh-Dhaiqah. Ketika
Rasulullah berjalan ke arah jalan tersebut, beliau bertanya tentang nama
jalan tersebut, “Apa nama jalan ini?”. Dikatakan kepada beliau, “Jalan
ini bernama Adh-Dhaiqah”. Rasulullah bersabda, “Aku ganti jalan ini
menjadi Al-Yusra”.
Setelah itu, Rasulullah keluar dari jalan Adh-Dhaiqah (Al-Yusra)
melewati Nakhab dan berhenti di pohon bernama Ash-Shadirah yang dekat
dengan kebun salah seorang dari Tsaqif. Rasulullah pergi menemui pemilik
kebun tersebut dan berkata kepadanya, “Engkau harus pergi dari sini.
Jika tidak, kami akan menghancurkan kebunmu”. Orang dari Tsaqif tersebut
menolak keluar dari kebunnya, kemudian Rasulullah memerintahkan
penghancuran kebun orang Tsaqif tersebut.
Setelah itu, Rasulullah meneruskan perjalanan hingga tiba di daerah
dekat Thaif dan di sana beliau bermarkas. Tapi, di tempat tersebut
beberapa orang dari sahabat Rasulullah terkena lemparan anak panah,
karena markas beliau berdekatan dengan tembok Thaif, jadi tidak heran
kalau anak panah mengenai kaum muslimin dan mereka tidak dapat memasuki
tembok orang-orang Thaif karena orang-orang Thaif menutup temboknya.
Ketika beberapa sahabat terkena serangan anak panah, Rasulullah
memindahkan markasnya ke masjid beliau yang ada di Thaif sekarang (waktu
penulisan buku ini), kemudian beliau mengepung orang-orang Thaif dua
puluh malam lebih”.
“Ketika Rasulullah ditemani dua orang istrinya, salah satunya ialah
Ummu Salamah binti Abu Umaiyyah. Untuk itu, dua kubah untuk keduanya
dipasang dan Rasulullah mengerjakan shalat di antara kedua kubah
tersebut. Ketika orang-orang Tsaqif masuk Islam, Amr bin Umaiyyah bin
Wahb bin Muattib bin Malik membangun masjid di tempat shalat Rasulullah
tersebut. Di masjid tersebut terdapat sebuah tiang yang jika matahari
terbit dan sinarnya mengenainya, maka terdengar suara. Rasulullah
mengepung orang-orang Thaif, memerangi mereka dengan dahsyat, dan
terjadi saling lempar anak panah pada kedua belah pihak”.*****
“Hingga pada pertempuran syadkhah di samping tembok Thaif, beberapa sahabat Rasulullah masuk di bawah dabbabah,
kemudian de-ngan dabbabah tersebut, mereka mendekat ke tembok
orang-orang Thaif untuk melubanginya. Ketika itulah, orang-orang Tsaqif
melepaskan paku besi yang menyala-nyala ke arah kaum muslimin, kemudian
kaum muslimin keluar dari bawah paku besi tersebut. Pada saat yang sama,
orang-orang Thaif menyerang kaum muslimin dengan anak panah, hingga
banyak sekali jatuh korban dari mereka. Kemudian Rasulullah
memerintahkan kaum muslimin menebang pohon-pohon anggur milik
orang-orang Tsaqif lalu kaum muslimin pergi ke pohon-pohon anggur
tersebut untuk menebangnya.
Disampaikan kepadaku bahwa Rasulullah bersabda kepada Abu Bakar
ketika beliau mengepung orang-orang Tsaqif, “Hai Abu Bakar, aku bermimpi
dihadiahi gelas besar dari kayu yang penuh dengan mentega, kemudian
gelas besar dari kayu tersebut dilubangi ayam jago, lalu ayam jago
tersebut menumpahkan mentega tersebut”. Abu Bakar berkata, “Aku pikir
engkau tidak dapat mengalahkan mereka pada hari ini seperti engkau
inginkan”. Rasulullah bersabda, “Tapi aku tidak berpendapat seperti
itu”.
Khuwailah binti Hakim As-Sulami, istri Utsman bin Madz’un berkata,
“Wahai Rasulullah, jika Allah menaklukkan Thaif untukmu, berikan
kepadaku perhiasan Badiyah binti Ghailan bin Salamah atau perhiasan
Al-Fari’ah binti Aqil”. Khuwailah berkata seperti itu, karena kedua
wanita tersebut adalah wanita Tsaqif yang paling banyak perhiasannya.
Disebutkan kepadaku bahwa ketika Rasulullah bersabda kepada Khu-wailah
binti Hakim, “Bagaimana kalau aku tidak diberi izin terhadap orang-orang
Tsaqif, wahai Khuwailah?” Khuwailah binti Hakim keluar dari hadapan
Rasulullah kemudian menceritakan ucapan Rasulullah tersebut kepada Umar
bin Khaththab, lalu Umar bin Khaththab masuk menemui Rasulullah dan
berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, ucapan apa yang telah engkau
katakan kepada Khuwailah karena ia bercerita bahwa engkau mengatakan
sesuatu?”. Rasulullah bersabda, “Ya, aku telah berkata seperti itu”.
Umar bin Khaththab berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau aku
memberimu izin terhadap mereka?”. Rasulullah bersabda, “Tidak”. Umar bin
Khaththab berkata, “Bagaimana kalau aku mengumumkan kepada orang-orang
agar mereka pergi?” Rasulullah bersabda, “Ya, silakan”.
Umar bin Khaththab pun mengumumkan kepada orang-orang agar mereka
pergi. Ketika orang-orang telah berangkat, tiba-tiba Sa’id bin Ubaid bin
Usaid bin Abu Amr bin Ilaj berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya rombongan
tidak pergi”. Uyainah bin Hishn berkata, “Demi Allah, ini sebuah
kemuliaan”. Salah seorang dari kaum muslimin berkata kepada Uyainah bin
Hishn, “Semoga Allah mematikanmu, hai Uyainah, pantaskah engkau memuji
orang-orang musyrikin karena penghadangan mereka terhadap Rasulullah,
padahal engkau datang ke sini untuk menolong beliau?”. Uyainah bin Hishn
berkata, “Demi Allah, aku datang ke sini tidak untuk memerangi
orang-orang Tsaqif bersama kalian, namun aku ingin Muhammad dapat
membuka Thaif, kemudian aku mendapatkan salah seorang gadis Tsaqif,
kemudian aku menggaulinya dengan harapan gadis tersebut melahirkan anak
laki-laki untukku, karena Tsaqif itu kaum yang cerdas”.
Beberapa budak di antara orang-orang yang terkepung di Thaif menemui
Rasulullah untuk masuk Islam, kemudian beliau memerdekakan mereka”.
“Ketika orang-orang Thaif masuk Islam, beberapa orang dari mereka
membicarakan tentang budak-budak tersebut, kemudian Rasulullah bersabda,
“Tidak, mereka adalah orang-orang yang dimerdekakan oleh Allah”. Di
antara orang yang membicarakan tentang budak-budak tersebut adalah
Al-Harits bin Kaladah”.
Jumlah total sahabat Rasulullah yang gugur sebagai syuhada di Perang
Thaif ialah dua belas orang; tujuh orang dari Quraisy, empat orang dari
kaum Anshar, dan satu orang dari Bani Laits”.
“Ketika Rasulullah meninggalkan Thaif setelah menyerang dan
mengepungnya, Bujair bin Zuhair bin Abu Salma bersyair mengenang Perang
Hunain dan Perang Thaif,
‘Di pertempuran di Hunain
Di pagi hari di Lembah Authas dan perang di Gunung Al-Abraq
Kabilah Hawazin menyesatkan pasukannya dengan mengumpulkan mereka
Kemudian mereka bercerai berai seperti burung yang terkoyak-koyak
Tidak ada satu tempat pun yang melindungi mereka dari kami
Melainkan tembok mereka dan parit
Sungguh kami maju ke tempat mereka agar mereka keluar
Tapi mereka berlindung diri dari kami di pintu yang terkunci rapat
Pasukan kami yang tidak bertameng kembali ke pasukan besar
Yang putih dan berkemilau memancarkan kematian
Pasukan tersebut bersatu dan berwarna hijau
jika pasukan tersebut diarahkan ke benteng
Pasti benteng tersebut hancur lebur rata dengan tanah
Pasukan tersebut berjalan dengan sembunyi-sembunyi di atas tumbuhan Al-Hiras
Kami tak ubahnya seperti kuda yang meletakkan kakinya ke tempat tangannya jika berjalan
Dengan baju besi yang menutup seluruh tubuh yang jika dipakai sebagai alat pelindung
Maka baju besi tersebut seperti aliran sungai dimana angin berhembus padanya
Baju besi tersebut paling baik yang sisa-sisanya menyentuh sandal kami
baju besi tersebut dibuat oleh Daud dan keluarga Muharriq******’.”
CATATAN KAKI
* Dabbaabah adalah salah satu alat perang berupa kendaraan yang
dinaiki oleh seorang personil lalu ia merangkak dengan kendaraan itu
mendekati benteng musuh.
** Minjaniq adalah salah satu alat untuk mengurung dan mengepung musuh, sejenis alat pelempar batu besar.
*** Dhabur bentuknya seperti tempurung penyu, digunakan untuk melindungi diri ketika berpaling.
**** Qarn, Mulaih dan Bahrah Raghaa' dan Liyyah adalah nama-nama tempat di Thaif.
***** Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa Rasulullah melempar mereka
dengan manjaniq. Seseorang yang dapat kupercaya telah menceritakan
kepadaku bahwa lemparan manjaniq pertama dalam Islam adalah saat
membombardir pasukan Thaif
****** Keluarga Muharriq adalah keluarga Amru bin Hindun, raja Hiirah
Home
»
»Unlabelled
» Perang Tho'if
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment